Jam menunjukkan pukul 06.00 WIB tapi Jason belum
juga bangun. Mama dan papanya yang sudah siap untuk sarapan harus menunggu
putra tunggal mereka siap. Tapi ini sudah lewat dari waktu sarapan mereka yang
biasa. Mama Jason memanggil Mbok Darul untuk membangunkan Jason. Sebelum Mbok
Darul mengetuk pintu kamar Jason, pintu kamar itu terbuka dan Jason keluar
dengan pakaian seragam lengkap dan mata yang sayu seperti orang yang tidak bisa
tidur.Ya, Jason semalam memang tidak bisa tidur dengan lelap padahal fisik dan
mentalnya lelah.
“Pagi Mbok,” sapa Jason. Tanpa menunggu balasan,
Jason msegera menuju ruang makan. Mama dan papanya sudah mulai memakan sarapan
mereka. “Jason, tumben kamu bangunnya siang,” kata mamanya saat Jason duduk di
hadapan mamanya. “Capek ma,” jawab Jason singkat dan segera menyantap
sarapannya.
Tak lebih dari lima menit, Jason selesai sarapan
dan menuju ke car port, mobilnya
sudah ada di sana. Setelah memberi salam, Jason mengeluarkan mobilnya dari
rumah dan menuju sekolahnya. Pagi ini jalanan cukup senggang, hanya dibutuhkan
dua puluh menit untuk bisa sampai di sekolahnya.
►►►
Kelas XI-2 IPA baru berisi beberapa orang. Jelas
saja, hampir seluruh murid di kelas itu mengikuti acara hiking kemarin. Jason duduk di tempat biasa, kursi ke tiga dari
meja guru dan barisan ke tiga dari pintu.
“Tumben gue lebih pagi daripada lu, biasanya lu
udah stand by duluan di sini,” teriak
Jason pada Doni yang baru saja memasuki kelas dengan bagian bawah mata yang
hitam sama seperti Jason. “Capek bro!
Emang lu nggak capek? Ahh.. lupa, lu kan emang suka hiking dari dulu jadi abaikan aja ucapan gue barusan,” kata Doni
sambil menuju tempat duduk di sebelah Jason. Jason dan Doni sudah lima tahun
menjadi teman sekelas, dan sudah lima tahun pula mereka duduk sebangku.
“Katanya ada anak baru lho, Jas,” kata Doni sambil
mengeluarkan botol minumnya, “Oya? Tahu dari mana lo?” tanya Jason. “Denger-denger
aja sih,” jawab Doni. Tak lama kemudian bel berbunyi tanda pelajaran akan
dimulai. Pak Yogi, wali kelas dan guru matematika kelas XI-2 IPA, memasuki
ruangan. “Pagi anak-anak,” sapa Pak Yogi. “Pagi Pak,” jawab murid XI-2 IPA
serempak. “Pagi hari ini kita kedatangan murid baru. Jeselyn Monalisa,” Pak
Yogi memperkenalkan. Doni, yang duduk di sebelah Jason dapat melihat dengan
jelas bagaimana air muka Jason berubah menjadi tegang. “Kenapa Jas?” bisik
Doni. Jason diam. Dia masih memperhatikan anak baru yang memasuki ruangan.
“Jeselyn, perkenalkan nama mu pada teman-teman
baru mu,” suruh Pak Yogi. Jeselyn mengangguk. “Halo, nama saya Jeselyn
Monalisa. Saya pindahan dari SMA Labschool. Kalian bisa manggil aku Jessy or anything you like. Salam kenal
semuanya,” Jeselyn memperkenalkan diri. “Oke. Sekarang kamu duduk di sebelah
Retno,” kata Pak Yogi pada Jeselyn. Retno, yang duduk di barisan paling
belakang di baris ke dua dari pintu, mengangkat tangan mengajak Jeselyn duduk
di sebelahnya.
Saat melewati bangku Jason, Jeselyn tersenyum ke
arahnya namun dihiraukan oleh Jason. Doni yang melihat kejadian tersebut
bingung dengan reaksi Jason. Tidak biasanya Jason tidak membalas senyum dari
siapa pun. Dan tingkah lakunya itu juga menjadi nilai tambah untuk Jason. Tapi
kejadian tadi, membuatnya berpikir.
“Baik anak-anak, kalian boleh berkenalan lebih
jauh dengan Jeselyn saat jam istirahat. Sekarang buku buku cetak kalian halaman
dua puluh,” perintah Pak Yogi. Setelah menjelaskan materi, Pak Yogi menyuruh
murid kelas XI-2 IPA mengerjakan soal.
“Jas, lu kenapa?” tanya Doni dalam bisik. Jason diam.
Matanya tertuju pada buku tapi jelas pikirannya tidak tertuju pada buku itu.
“Jason,” panggil Doni sambil menyikut tangan Jason. “Eh iya?” kata Jason
tersadar dari lamunan. “Lu kenapa?” bisik Doni. “Nggak napa-napa. Emang gue
kenapa?” bisik Jason. “Pokoknya lu istirahat temenin gue ke kantin dan lu harus
cerita sama gue apa yang terjadi,” tuntuk Doni.
“Pak Doni, Pak Jason, kalian sudah selesai?” tegur
Pak Yogi. “Belum pak,” jawab Doni. “Kalau begitu kerjakan, jangan ngobrol,”
kata Pak Yogi tegas. Jason dan Doni mengangguk mengerti.
►►►