“Ya, terima kasih karena kalian sudah mau
berpartisipasi dalam acara hiking
ini. Semoga adek-adek nggak kapok ya ikut acara ini. Sekian dari panitia.
Sekarang kalian boleh kembali ke rumah masing-masing,” kata kakak pembina
menutup acara hiking tahun ini.
Mereka sudah kembali dari tempat diadakannya hiking, dan sekrang mereka berada di Jakarta.
“Don, mau pulang bareng nggak?” ajak Jason. “Gue
dijemput abang. Lu jalan aja duluan,” tolak Doni. “Jaman kali udah kelas XI
masih dijemput?,” ejek Jason. Yang diejek pura-pura tidak mendengar. Jason pun
merapikan barang-barangnya dan memasukkannya ke dalam bagasi mobil. Lalu, Jason
duduk di kursi kemudi dan menyalakan mobilnya. Dia melaju dengan santai.
Tak lama, dia sudah berada di depan rumahnya. TIN
TIN. Jason membunyikan klaksonnya. Pintu gerbang pun terbuka. Jason melaju
pelang memarkir mobilnya di car port.
“Nggak usah dibawain Mas, biar saya bawa sendiri,” kata Jason pada Mas Joko,
salah satu pembantu di rumahnya.
Setelah menurunkan barang-barangnya dari bagasi,
Jason membawanya masuk dan meletakkannya di dapur. “Mas Jason, ada surat lagi,”
kata Mbok Darul. “Di mana Mbok? Dari siapa?” tanya Jason. “Di meja tengah Mas.
Kayaknya sih dari orang yang sama,” jawab Mbok Darul sambil membawa
barang-barang Jason. Sebelum menuju ruang tengah, Jason mengambil segelas air
dingin.
“Nggak bosen-bosen apa tuh orang ngirimin surat
mulu ke gue?” gerutu Jason. Tanpa membukanya, Jason langsung membuat
surat-surat itu ke dalam tong sampah. Dari semenjak Jason putus dengan
mantannya, Jeselyn, Jeselyn selalu mengirimi surat permintaan maaf dan mengajak
Jason untuk kembali berpacaran dengannya. Tapi surat-surat itu selalu
dihiraukan Jason, tetapi surat itu tetap berdatangan hampir setiap minggu.
Setelah membuang surat-surat tersebut, Jason duduk
di sofa kesayangannya dan menyalakan tv. Dilihatnya semua saluran tv tapi tidak
ada yang menarik perhatiannya dan dimatikannya kembali. Jason bangun dari
tempatnya dan menuju kamarnya.
Setiap menerima surat dari mantannya, Jason selalu
menyalakan tv dan mematikannya kembali. Kegiatan itu sudah seperti rutinitas
baginya setelah menerima surat-surat tersebut. Sekarang dia masih capek karena
acaara hiking ditambah lagi dengan
surat-surat dari Jeselyn membuat suasana hati dan fisiknya semakin memburuk.
Jason mengganti bajunya dengan baju santai dan duduk di pinggir kasurnya.
Dia mengusap wajahnya dan memandang lantai
kamarnya. Sudah satu tahun berlalu dia putus dengan Jeselyn. Tapi Jeselyn terus
mengiriminya surat-surat yang tidak penting. Jason tersadar dari lamunannya dan
menggelengkan kepalanya. “Untuk apa gue mikirin hal kayak gitu? Nggak guna,”
kata Jason untuk dirinya sendiri. Lalu dia merebahkan badannya di kasur dan
mulai mencoba untuk tidur.
►►►
Tidak ada komentar:
Posting Komentar