H

Rabu, 14 November 2012

SECOND CHANCE pt.3


“Ya, terima kasih karena kalian sudah mau berpartisipasi dalam acara hiking ini. Semoga adek-adek nggak kapok ya ikut acara ini. Sekian dari panitia. Sekarang kalian boleh kembali ke rumah masing-masing,” kata kakak pembina menutup acara hiking tahun ini. Mereka sudah kembali dari tempat diadakannya hiking, dan sekrang mereka berada di Jakarta.
“Don, mau pulang bareng nggak?” ajak Jason. “Gue dijemput abang. Lu jalan aja duluan,” tolak Doni. “Jaman kali udah kelas XI masih dijemput?,” ejek Jason. Yang diejek pura-pura tidak mendengar. Jason pun merapikan barang-barangnya dan memasukkannya ke dalam bagasi mobil. Lalu, Jason duduk di kursi kemudi dan menyalakan mobilnya. Dia melaju dengan santai.
Tak lama, dia sudah berada di depan rumahnya. TIN TIN. Jason membunyikan klaksonnya. Pintu gerbang pun terbuka. Jason melaju pelang memarkir mobilnya di car port. “Nggak usah dibawain Mas, biar saya bawa sendiri,” kata Jason pada Mas Joko, salah satu pembantu di rumahnya.
Setelah menurunkan barang-barangnya dari bagasi, Jason membawanya masuk dan meletakkannya di dapur. “Mas Jason, ada surat lagi,” kata Mbok Darul. “Di mana Mbok? Dari siapa?” tanya Jason. “Di meja tengah Mas. Kayaknya sih dari orang yang sama,” jawab Mbok Darul sambil membawa barang-barang Jason. Sebelum menuju ruang tengah, Jason mengambil segelas air dingin.
“Nggak bosen-bosen apa tuh orang ngirimin surat mulu ke gue?” gerutu Jason. Tanpa membukanya, Jason langsung membuat surat-surat itu ke dalam tong sampah. Dari semenjak Jason putus dengan mantannya, Jeselyn, Jeselyn selalu mengirimi surat permintaan maaf dan mengajak Jason untuk kembali berpacaran dengannya. Tapi surat-surat itu selalu dihiraukan Jason, tetapi surat itu tetap berdatangan hampir setiap minggu.
Setelah membuang surat-surat tersebut, Jason duduk di sofa kesayangannya dan menyalakan tv. Dilihatnya semua saluran tv tapi tidak ada yang menarik perhatiannya dan dimatikannya kembali. Jason bangun dari tempatnya dan menuju kamarnya.
Setiap menerima surat dari mantannya, Jason selalu menyalakan tv dan mematikannya kembali. Kegiatan itu sudah seperti rutinitas baginya setelah menerima surat-surat tersebut. Sekarang dia masih capek karena acaara hiking ditambah lagi dengan surat-surat dari Jeselyn membuat suasana hati dan fisiknya semakin memburuk. Jason mengganti bajunya dengan baju santai dan duduk di pinggir kasurnya.
Dia mengusap wajahnya dan memandang lantai kamarnya. Sudah satu tahun berlalu dia putus dengan Jeselyn. Tapi Jeselyn terus mengiriminya surat-surat yang tidak penting. Jason tersadar dari lamunannya dan menggelengkan kepalanya. “Untuk apa gue mikirin hal kayak gitu? Nggak guna,” kata Jason untuk dirinya sendiri. Lalu dia merebahkan badannya di kasur dan mulai mencoba untuk tidur.
►►►

Tidak ada komentar:

Posting Komentar