Bel istirahat berbunyi nyaring. Anak-anak mendesah
lega tak lain Jason dan Doni. Mereka segera berjalan keluar kelas dan menempati
kingdom mereka di kantin. Sebuah meja
di pojok kantin yang tepat bersebelahan dengan kolam ikan.
“Oke, sekarang lu harus cerita,” todong Doni.
“Cerita apaan?” Jason pura-pura tidak mengerti. “Jangan sok nggak ngerti deh
lu! Udah lima tahun kita sekelas dan selalu duduk sebangku. Sekarang cerita!”
tuntun Doni tegas.
Jason terdiam lama lalu dihembuskannya napas
dengan berat. “Anak baru tadi, mantan gue Don,” kata Jason mulai bercerita.
“Terus?” tanya Doni. “Dia selama ini, semenjak putus tepatnya. Selalu ngirimin
surat permintaan maaf dan ngajak balikan ke gue. Tiap minggu malah,” jelas
Jason. Doni hanya bisa diam tidak percaya. “Kalau lu nggak percaya, hari ini lu
ke rumah gue dan liat semua surat-surat itu,” kata Jason. “Oke, hari ini gue ke
rumah dan lu harus cerita semuanya di sana dengan sangat jelas,” kata Doni.
Saat mereka mulai menyantap makanannya, tangan
putih dan sehalus porselen menyentuh bahu Jason dengan pelan. Jason menoleh dan
diam saat mendapati siapa orangnya.
“Hai Jason! Lama nggak ketemu,” sapa Jeselyn ramah
seperti tidak terjadi sesuatu diantara mereka. Bisa dilihat oleh Doni, Jason
membalas dengan senyum yang dipaksa, “Oh, hai Jes. Kenapa pindah?” tanya Jason
tanpa basa-basi. “Kayaknya lu nggak seneng banget gue pindah ke sini. Oh iya,
hai,” kata Jeselyn sambil menyapa Doni. “Hai, gue Doni,” Doni memperkenalkan
diri. “Gue Jeselyn. Eh gue duluan ya,” kata Jeselyn.“Haha, nggak berubah sampai
sekarang,” kata Jason lebih pada dirinya sendiri namun masih bisa didengar oleh
Doni.
Tak lama, bel pun berbunyi dan murid-murid kembali
ke kelasnya masing-masing. Selama di kelas, Doni bisa menyadari Jeselyn
diam-diam curi pandang ke arah Jason dan Jason tahu kalau dirinya sedang
diperhatikan berubah menjadi sangat pendiam hari ini. Sepertinya memang ada
yang salah di antara mereka berdua, pikir Doni.
►►►
Tidak ada komentar:
Posting Komentar