H

Minggu, 25 November 2012

Finish!! :)

Hey guys! Finally, my short story is completed! There are six posts about it.
Please, read it :) I hope you guys like it!
Happy reading guys!

SECOND CHANCE pt.6


Bel pulang sekolah pun berbunyi, murid-murid High Scope Senior High segera berhamburan keluar dari kelas. Doni yang tahu suasana hati Jason sedang sangat buruk, segera mengajaknya cepat-cepat meninggalkan kelas saat dilihatnya Jeselyn berjalan menghampiri bangku mereka.
Sekarang mereka sudah berada di perjalanan menuju rumah Jason di daerah Puri Kembangan. Jalanan hari ini macet, dan sekali lagi karena suasana hati Jason sedang buruk, Doni yang menyetir. Selama tiga puluh menit mereka terjebak macet, mereka pun sampai di rumah Jason. Mereka langsung menuju kamar Jason yang berada di lantai dasar dekat halaman belakang.
Tanpa basa-basi, Doni langsung menodong cerita dari Jason dan Jason pun mulai bercerita dengan berat hati. Setelah selesai, Jason mendapati Doni yang tercengang karena mendengar cerita tentang hubungan Jason dan Jeselyn. “Gila tuh cewek! Kayak nggak ada cowok lain aja di dunia sampe ngejar-ngejar lu gitu!” kata Doni heran. “Makanya itu Don, gue bingung sekarang gue harus gimana karena dia sekelas sama kita,” kata Jason.
“Tapi bentar dulu deh, gue masih rada bingung. Sebenernya lu masih suka sama dia atau nggak sama sekali” tanya Doni. Jason diam sesaat lalu mendesah. “Gue juga nggak tau, Don. Kadang-kadang gue kangen dia, tapi pas inget apa yang dia lakuin ke gue, gue jadi lupa lagi sama perasaan kangen gue ke dia. Tapi ya gitu, sometimes I miss her and sometimes I don’t,” jawab Jason. “Jadi gue ambil kesimpulan... Lu belum bener-bener move on dari dia, gitu?” kata Doni, Jason hanya mengangguk lemas. Hening sesaat. Mereka tenggelam dalam lamunan mereka masing-masing.
“Jas, kenapa nggak lu coba sekali lagi sama dia. Gue rasa dia sebenernya sayang sama lu, cuman awalnya ya karena taruhan itu. Tapi gue bingung kenapa gue nggak tau tentang lu pacaran sama dia padahal kita temen sebangku?” kata Doni. “Ya karena gue nggak pernah ungkit-ungkit dia dan kita beda gedung sama dia,” jelas Jason. “Coba aja lu balikan sama dia. Everyone deserve a second chance, right?” kata Doni.
Jason terhenyak. Selama ini dia tidak pernah memikirkan tentang memeberi kesempatan ke dua pada Jeselyn. Mungkin sekarang dia bisa memberi kesempatan lagi untuk Jeselyn. Kali ini, Jason akan membalas salah satu surat yang dikirimkan oleh Jeselyn.

END


SECOND CHANCE pt.5


Bel istirahat berbunyi nyaring. Anak-anak mendesah lega tak lain Jason dan Doni. Mereka segera berjalan keluar kelas dan menempati kingdom mereka di kantin. Sebuah meja di pojok kantin yang tepat bersebelahan dengan kolam ikan.
“Oke, sekarang lu harus cerita,” todong Doni. “Cerita apaan?” Jason pura-pura tidak mengerti. “Jangan sok nggak ngerti deh lu! Udah lima tahun kita sekelas dan selalu duduk sebangku. Sekarang cerita!” tuntun Doni tegas.
Jason terdiam lama lalu dihembuskannya napas dengan berat. “Anak baru tadi, mantan gue Don,” kata Jason mulai bercerita. “Terus?” tanya Doni. “Dia selama ini, semenjak putus tepatnya. Selalu ngirimin surat permintaan maaf dan ngajak balikan ke gue. Tiap minggu malah,” jelas Jason. Doni hanya bisa diam tidak percaya. “Kalau lu nggak percaya, hari ini lu ke rumah gue dan liat semua surat-surat itu,” kata Jason. “Oke, hari ini gue ke rumah dan lu harus cerita semuanya di sana dengan sangat jelas,” kata Doni.
Saat mereka mulai menyantap makanannya, tangan putih dan sehalus porselen menyentuh bahu Jason dengan pelan. Jason menoleh dan diam saat mendapati siapa orangnya.
“Hai Jason! Lama nggak ketemu,” sapa Jeselyn ramah seperti tidak terjadi sesuatu diantara mereka. Bisa dilihat oleh Doni, Jason membalas dengan senyum yang dipaksa, “Oh, hai Jes. Kenapa pindah?” tanya Jason tanpa basa-basi. “Kayaknya lu nggak seneng banget gue pindah ke sini. Oh iya, hai,” kata Jeselyn sambil menyapa Doni. “Hai, gue Doni,” Doni memperkenalkan diri. “Gue Jeselyn. Eh gue duluan ya,” kata Jeselyn.“Haha, nggak berubah sampai sekarang,” kata Jason lebih pada dirinya sendiri namun masih bisa didengar oleh Doni.
Tak lama, bel pun berbunyi dan murid-murid kembali ke kelasnya masing-masing. Selama di kelas, Doni bisa menyadari Jeselyn diam-diam curi pandang ke arah Jason dan Jason tahu kalau dirinya sedang diperhatikan berubah menjadi sangat pendiam hari ini. Sepertinya memang ada yang salah di antara mereka berdua, pikir Doni.
►►►

SECOND CHANCE pt.4


Jam menunjukkan pukul 06.00 WIB tapi Jason belum juga bangun. Mama dan papanya yang sudah siap untuk sarapan harus menunggu putra tunggal mereka siap. Tapi ini sudah lewat dari waktu sarapan mereka yang biasa. Mama Jason memanggil Mbok Darul untuk membangunkan Jason. Sebelum Mbok Darul mengetuk pintu kamar Jason, pintu kamar itu terbuka dan Jason keluar dengan pakaian seragam lengkap dan mata yang sayu seperti orang yang tidak bisa tidur.Ya, Jason semalam memang tidak bisa tidur dengan lelap padahal fisik dan mentalnya lelah.
“Pagi Mbok,” sapa Jason. Tanpa menunggu balasan, Jason msegera menuju ruang makan. Mama dan papanya sudah mulai memakan sarapan mereka. “Jason, tumben kamu bangunnya siang,” kata mamanya saat Jason duduk di hadapan mamanya. “Capek ma,” jawab Jason singkat dan segera menyantap sarapannya.
Tak lebih dari lima menit, Jason selesai sarapan dan menuju ke car port, mobilnya sudah ada di sana. Setelah memberi salam, Jason mengeluarkan mobilnya dari rumah dan menuju sekolahnya. Pagi ini jalanan cukup senggang, hanya dibutuhkan dua puluh menit untuk bisa sampai di sekolahnya.
►►►
Kelas XI-2 IPA baru berisi beberapa orang. Jelas saja, hampir seluruh murid di kelas itu mengikuti acara hiking kemarin. Jason duduk di tempat biasa, kursi ke tiga dari meja guru dan barisan ke tiga dari pintu.
“Tumben gue lebih pagi daripada lu, biasanya lu udah stand by duluan di sini,” teriak Jason pada Doni yang baru saja memasuki kelas dengan bagian bawah mata yang hitam sama seperti Jason. “Capek bro! Emang lu nggak capek? Ahh.. lupa, lu kan emang suka hiking dari dulu jadi abaikan aja ucapan gue barusan,” kata Doni sambil menuju tempat duduk di sebelah Jason. Jason dan Doni sudah lima tahun menjadi teman sekelas, dan sudah lima tahun pula mereka duduk sebangku.
“Katanya ada anak baru lho, Jas,” kata Doni sambil mengeluarkan botol minumnya, “Oya? Tahu dari mana lo?” tanya Jason. “Denger-denger aja sih,” jawab Doni. Tak lama kemudian bel berbunyi tanda pelajaran akan dimulai. Pak Yogi, wali kelas dan guru matematika kelas XI-2 IPA, memasuki ruangan. “Pagi anak-anak,” sapa Pak Yogi. “Pagi Pak,” jawab murid XI-2 IPA serempak. “Pagi hari ini kita kedatangan murid baru. Jeselyn Monalisa,” Pak Yogi memperkenalkan. Doni, yang duduk di sebelah Jason dapat melihat dengan jelas bagaimana air muka Jason berubah menjadi tegang. “Kenapa Jas?” bisik Doni. Jason diam. Dia masih memperhatikan anak baru yang memasuki ruangan.
“Jeselyn, perkenalkan nama mu pada teman-teman baru mu,” suruh Pak Yogi. Jeselyn mengangguk. “Halo, nama saya Jeselyn Monalisa. Saya pindahan dari SMA Labschool. Kalian bisa manggil aku Jessy or anything you like. Salam kenal semuanya,” Jeselyn memperkenalkan diri. “Oke. Sekarang kamu duduk di sebelah Retno,” kata Pak Yogi pada Jeselyn. Retno, yang duduk di barisan paling belakang di baris ke dua dari pintu, mengangkat tangan mengajak Jeselyn duduk di sebelahnya.
Saat melewati bangku Jason, Jeselyn tersenyum ke arahnya namun dihiraukan oleh Jason. Doni yang melihat kejadian tersebut bingung dengan reaksi Jason. Tidak biasanya Jason tidak membalas senyum dari siapa pun. Dan tingkah lakunya itu juga menjadi nilai tambah untuk Jason. Tapi kejadian tadi, membuatnya berpikir.
“Baik anak-anak, kalian boleh berkenalan lebih jauh dengan Jeselyn saat jam istirahat. Sekarang buku buku cetak kalian halaman dua puluh,” perintah Pak Yogi. Setelah menjelaskan materi, Pak Yogi menyuruh murid kelas XI-2 IPA mengerjakan soal.
“Jas, lu kenapa?” tanya Doni dalam bisik. Jason diam. Matanya tertuju pada buku tapi jelas pikirannya tidak tertuju pada buku itu. “Jason,” panggil Doni sambil menyikut tangan Jason. “Eh iya?” kata Jason tersadar dari lamunan. “Lu kenapa?” bisik Doni. “Nggak napa-napa. Emang gue kenapa?” bisik Jason. “Pokoknya lu istirahat temenin gue ke kantin dan lu harus cerita sama gue apa yang terjadi,” tuntuk Doni.
“Pak Doni, Pak Jason, kalian sudah selesai?” tegur Pak Yogi. “Belum pak,” jawab Doni. “Kalau begitu kerjakan, jangan ngobrol,” kata Pak Yogi tegas. Jason dan Doni mengangguk mengerti.
►►►

Sabtu, 24 November 2012

New Direction, Maybe?

     Hey guys! From now on, I'll start to use English in my post! :) Huehehehe... Why? Cuz' maybe some of my readers are not from Indonesia (hopefully). No, no. That's not the real reason actually. The reason why I'm starting to use English is because the school that I want to go in future is using full English or  something like that.
     In my previous posts, I have already given you my goals right? Actually, there are some changes with it. The school that I want to go now is SMAN 78 RSBI Jakarta not sman 65 anymore. And now I also want to give a try in getting a scholarship for study in Sampoerna Academy.
SO WISH ME LUCK GUYS!

Rabu, 14 November 2012

Morning Call!

     Morning guys! Today, I don't go to school 'cause my body feels very bad! It's all thanks to my PE class :( And now I have to stay home all day long! But it's okay as long as I have my laptop with me :D And here's some photos of me that I took this morning! Wish you like it :3


GET WELL REALLY SOON!!

SECOND CHANCE pt.3


“Ya, terima kasih karena kalian sudah mau berpartisipasi dalam acara hiking ini. Semoga adek-adek nggak kapok ya ikut acara ini. Sekian dari panitia. Sekarang kalian boleh kembali ke rumah masing-masing,” kata kakak pembina menutup acara hiking tahun ini. Mereka sudah kembali dari tempat diadakannya hiking, dan sekrang mereka berada di Jakarta.
“Don, mau pulang bareng nggak?” ajak Jason. “Gue dijemput abang. Lu jalan aja duluan,” tolak Doni. “Jaman kali udah kelas XI masih dijemput?,” ejek Jason. Yang diejek pura-pura tidak mendengar. Jason pun merapikan barang-barangnya dan memasukkannya ke dalam bagasi mobil. Lalu, Jason duduk di kursi kemudi dan menyalakan mobilnya. Dia melaju dengan santai.
Tak lama, dia sudah berada di depan rumahnya. TIN TIN. Jason membunyikan klaksonnya. Pintu gerbang pun terbuka. Jason melaju pelang memarkir mobilnya di car port. “Nggak usah dibawain Mas, biar saya bawa sendiri,” kata Jason pada Mas Joko, salah satu pembantu di rumahnya.
Setelah menurunkan barang-barangnya dari bagasi, Jason membawanya masuk dan meletakkannya di dapur. “Mas Jason, ada surat lagi,” kata Mbok Darul. “Di mana Mbok? Dari siapa?” tanya Jason. “Di meja tengah Mas. Kayaknya sih dari orang yang sama,” jawab Mbok Darul sambil membawa barang-barang Jason. Sebelum menuju ruang tengah, Jason mengambil segelas air dingin.
“Nggak bosen-bosen apa tuh orang ngirimin surat mulu ke gue?” gerutu Jason. Tanpa membukanya, Jason langsung membuat surat-surat itu ke dalam tong sampah. Dari semenjak Jason putus dengan mantannya, Jeselyn, Jeselyn selalu mengirimi surat permintaan maaf dan mengajak Jason untuk kembali berpacaran dengannya. Tapi surat-surat itu selalu dihiraukan Jason, tetapi surat itu tetap berdatangan hampir setiap minggu.
Setelah membuang surat-surat tersebut, Jason duduk di sofa kesayangannya dan menyalakan tv. Dilihatnya semua saluran tv tapi tidak ada yang menarik perhatiannya dan dimatikannya kembali. Jason bangun dari tempatnya dan menuju kamarnya.
Setiap menerima surat dari mantannya, Jason selalu menyalakan tv dan mematikannya kembali. Kegiatan itu sudah seperti rutinitas baginya setelah menerima surat-surat tersebut. Sekarang dia masih capek karena acaara hiking ditambah lagi dengan surat-surat dari Jeselyn membuat suasana hati dan fisiknya semakin memburuk. Jason mengganti bajunya dengan baju santai dan duduk di pinggir kasurnya.
Dia mengusap wajahnya dan memandang lantai kamarnya. Sudah satu tahun berlalu dia putus dengan Jeselyn. Tapi Jeselyn terus mengiriminya surat-surat yang tidak penting. Jason tersadar dari lamunannya dan menggelengkan kepalanya. “Untuk apa gue mikirin hal kayak gitu? Nggak guna,” kata Jason untuk dirinya sendiri. Lalu dia merebahkan badannya di kasur dan mulai mencoba untuk tidur.
►►►

Senin, 12 November 2012

SECOND CHANCE pt.2


“Tuh kan bener apa kata gue! Kalau ngikutin aliran sungai pasti kita keluar dari hutan deh!” kata Jason bangga. “Sip lah Kak Ketu! Yang penting sekarang gue bisa makan! Laper banget gue dari tadi!” teriak Tommy. “Kak Tommy laper? Nih Kak, makanan ku masih ada,” tawar Kiki dengan senyuman semanis mungkin. “Makasih Kiki, kamu emang yang terbaik deh!” Tommy melancarkan serangan gombalnya. Saat ini, Jason dan regunya sudah berada di desa di hilir sungai.
Jason mengeluarkan hp-nya dari saku jaketnya dan menghubungi nomor salah satu panitia acara hiking.
Halo?” hubungan tersambung.
“Ya, halo. Saya ketua dari Regu Kepo, Jason Adisaputra,” 
Oh kamu! Sekarang kalian di mana? Sudah hampir lima jam kita nunggu di markas, kalian nggak nongol juga!” kata seseorang dari seberang.
“Maaf Kak, tadi kita sempat tersesat. Sekarang kita ada di desa di hilir sungai Kak,”  
Oke, sebentar lagi tim panitia akan menjemput kalian. Kalian tunggu saja di sana,” lalu sambungan diputus.
“Woi, Jas! Nggak mau makan lu? Tuh anak-anak diundang makan di salah satu rumah,” kata Doni. “Sip, nantilah gue makannya. Lu nggak makan?” tanya Jason. “Udah dong, emang gue kayak lu? Sok diet,” ejek Doni. “Telepon siapa lu barusan?” lanjutnya. “Markas. Bentar lagi kita dijemput panitia,” jawab Jason. Doni mengangguk mengerti.
“Jas, gue mau nanya deh,” kata Doni. “Extacly yes, apaan?” jawab Jason. “Lu udah pernah pacaran apa belom? Kayaknya gue nggak pernah ngeliat lu deket sama cewek deh,” kata Doni. Jason diam sesaat. “Dulu, gue pernah pacaran. Baru sekali sih. Dan nggak berkesan baik buat gue,” cerita Jason. “Nggak berkesan baik gimana?” tanya Doni tak mengerti. “Ya... Gue pacaran dan putusnya berantem. Mantan gue ternyata cuman jadiin gue taruhan. Kurang lebih kayak gitu,” jelas Jason. “Wow. Sori,” kata Doni tak enak hati. “Nggak papa lagi, santai aja,” kata Jason.
“Terus, sekarang kenapa lu selalu nolak semua cewek yang nembak elo?” tanya Doni penasaran. “Entah ya, mungkin itu trauma atau apa emang gue yang nggak mau nyoba lagi,” jawab Jason. “Hah? Lo nggak mau pacaran lagi? Berarti lo mau hidup seorang diri gitu?”, “Alah! Lebay lo! Nggak gitu juga kali. Buat sekarang aja,” kata Jason. Doni mengangguk-anggukkan kepalanya. “Eh, laper nih! Temenin gue makan dong,” ajak Jason. “Dasar. Giliran anak-anak udah pada mau selesai makan aja lu baru makan,” gerutu Doni. Tapi Doni tetap menemani Jason.
Tak lama kemudian, panitia pun datang. Jason dan regunya segera kembali ke markas bersama dengan panitia.
►►►

Minggu, 04 November 2012

SECOND CHANCE pt.1


Suara air mengalir terdengar dari kejauhan. Jason dan regunya mengikutih arah asal suara itu. Semakin lama semakin terdengar jelas di telinga mereka. Tak lama kemudian, akhirnya mereka menemukan aliran sungai tersebut. “Oke, sekarang kita bisa dibilang aman. Pasti kita akan menemukan jalan keluar dari hutan ini,” kata Jason yakin. Teman se-regunya hanya berharap demikian, sebab sudahdari tiga jam yang lalu mereka berjalan menyusuri hutan ini dan sama sekali tidak menemukan adanya tanda kehidupan, selain mereka tentunya.
“Kak, jadi sekarang kita ngapain?” tanya Jocelyn, salah satu adik kelas yang berada di regunya. “Kita istirahat dulu, OK?” jawab Jason. Jocelyn menganggukkan kepala sebagai jawaban.
 “Bos! Lo tau sesuatu?” tanya Doni yang sedari tadi berada tak jauh dari Jason. “Tau apaan? Gue ganteng? Elah, itu mah udah bukan rahasia umum kali...!” jawab Jason. Doni menjitak kepala Jason keras, “Bego! PD mampus lu!”. “Hehehe. Gue tau sesuatu? Sesuatu apa ya sebenernya? Lebih spesifik dong lu kalo mau ngasih pertanyaan,” kata Jason. “Gue rasa Jocelyn suka sama lu,” goda Doni. “Gue tau kok gue banyak nge-fans,” kata Jason dengan bangganya. “Gue bingung, kok gue yang sekeren dan sepinter ini bisa punya temen yang PD mampus gini? Salah apa gue bisa dapet temen yang kayak begini,” ratap Doni. Sekarang gantian Jason yang menjitak kepala Doni dengan keras. “Sekarang siapa yang PD mampus, hah?” kata Jason.
Sebenernya Doni sudah terbiasa dengan jawaban ‘Gue tau banyak nge-fansdari Jason setiap Doni memberitahu bahwa ada seseorang yang suka padanya. Sudah lima tahun Jason dan dirinya berteman tapi tak pernah sekalipun Doni melihat Jason ada hubungan spesial dengan perempuan manapun. Padahal menurutnya, Jason memiliki wajah yang ganteng (tentu tidak lebih ganteng dari dia sendiri), gaya yang keren dan memiliki nilai jual yang tinggi. Tapi setiap perempuan yang menyatakan perasaan pada Jason, selalu ditolaknya secara halus. Bahkan saat permadona sekolah mereka- Lucy Daniella-menyatakan perasaan padanya, Jason tetap menolaknya. Ini dia salah satu dari nilai jual Jason, dia sulit untuk dipikat para kaum hawa di sekolah mereka.
“Bengong mulu kerjaan lu. Lagi mikirin kenapa gue bisa lebih ganteng dari lu? Ya itu mah emang udah takdir ya gue dilahirkan lebih ganteng daripada lu,” ejek Jason. “Sialan lu!” kata Doni sambil menoyol kepala sobatnya itu.
►►►

FINALLY...!!

     Olla!! I have a good news for you readers!!! :D Cerpen gue udah jadi...! Sebenernya sih jadinya udah lama, cuman baru sekarang gue sempet kasih pengumuman di blog ini :$ Semoga kalian suka yaaa :D Judul cerpennya "SECOND CHANCE".

NB: Maaf kalo ada kata-kata yang salah tulis atau nggak jelas ;)